:)

Minggu, 14 Oktober 2012

contoh cerpen


Bermakna Tapi Belum Punya Arti (Oleh: Kasrizal)
“Gantungkanlah cita-citamu setinggi angkasa, toh walaupun kamu harus terjatuh masih ada bintang-bintang tempat berpijak.” Kalimat itu menggema keluar dari toa besar di sudut teras lantai dua gedung sekolah saat upacara pembukaan Masa Orientasi Siswa baru tahun ajaran 2010/2011 SMA 3 Batusangkar. Itulah suara Bapak Rosfairil Kepala Sekolah SMA 3 Batusangkar yag super bijak dan bijaksana.
Di pagi yang dingin karena embun yang sangat tebal masih melapisi udara di bukit kecil yang kadang disebut juga bukit teletubies itu kalimat tersebut menjelma menjadi bara yang menghangatkan.
“Nama saya Kasrizal, nama panggilan saya Kas.” Serentak semua orang tertawa, aku bingung apa yang di tertawakan oleh orang-orang ini, apakah ada yang salah dengan diriku?. Ternyata nama Kasrizal yang menjadi bahan tertawaan mereka. Satu hal yang baru aku sadari sejak SMA ini adalah bahwa orang menganggap namaku sangat jadul. Tapi setelah aku fikirkan lagi ada benarnya juga sih, sebab selama perjalanan hidupku belum pernah aku temui orang dengan nama Kasrizal.
“Kas, kamu lahirnya tahun 60-an ya?” seorang teman yang bernama Aan melontarkan pertanyaan itu tanpa beban sedikitpun. Aan adalah teman sebangku denganku waktu itu.
“iya. Aku sama lahir dengan kakekmu, dulu kami sering main kelereng bersama.” Aku menjawabnya dengan nada bercanda. Seolah-olah aku tak peduli kalau sekarang ini namaku adalah topik baru di sekolah ini.
“Kasrizal, Dalias, Hendrizon, haha satu kampung namanya pendek-pendek, orang tahun 60-an.” Lagi dan lagi masih masalah nama. Dan kebetulan sekali salah seorang temanku yang sama nasib namanya denganku itu juga berasal dari kampungku. Namanya Dalias, nama yang hanya terdiri dari satu kata dan ternyata di sekolah ini tergolong jadul juga. Walaupun aku sendiri kurang tau pasti bagaimana cara mengolongkan nama jadul atau nama modren.
“Kas!” teriak Dalias memanggilku.
“Ia Dal ada apa?”
“Kenapa nama kita di permasalahkan disini ya?” tanya Dalias seperti tak terima kalau namanya di cemooh.
“Entahlah, mungkin memang nama kita yang salah, coba perhatikan zaman sekarang ada g’ orang yang namanya mirip dengan nama kita?”
“G’ sih, tapi g’ segitunya juga kali. Terserah kita donk mau namanya apa.” Dalias mencoba membela batinnya.
“Maklum lah Dal, dulu saat kita lahir listrik kan belum masuk ke kampung kita jadi orang tua kita kurang nonton sinetron. Jadi mereka kasih aja kita nama yang simple dan nyaris tak bermakna ini. Sudahlah Dal terima sajalah, syukuri saja. Nanti kalau mau ngasih nama anak kita kasih yang gaul-gaul ala artis gitu.”
“hahaja. Iya juga ya, ternyata memang baru terasa fungsi sinetron sekarang.” Kami mencoba menghibur diri masing- masing.
“klau Alfi Solehan itu artinya seribu kebaikan, Alfi itu artinya seribu sedangkan solehan itu artinya kebaikan.’ Kata pak Ariswandi guruPendidikan Agama Islam saat pertama masuk dalam kelas kami. Batinku mengencut, aku paling malas sesi ini, sudah bisa kuramalkan kalau sebentar lagi aku akan jadi pusat perhatian dan semua orang akan tertawa sambil melihat ke arahku.
“Kasrizal.” Baru saja pak Ariswandi menyebut nama itu ramalan ku tadi terjadi tanpa meleset sediktipun, persis sama seperti apa yang aku ramalkan. Semua orang tertawa termasuk aku.
‘Kasrizal, kamu tahu apa arti namamu?”
“Tidak pak.” Jawabku pendek.
“Pernah tidak kamu tanya kepada orang tuamu apa arti namamu ?”
“Pernah dulu Pak, tapi tidak ada jawaban Pak.’ Entah apa yang lucu dari jawabanku tadi tiba-tiba kelas embali heboh.
‘Kasrizal, kalau rizal itu artinya laki-laki, tapi kalau kas itu apa ya artinya?”
“Kontan pak.” Jawab Aan spontan. Dan masih seperti sebelumnya. Heboh.
“Laki-laki kontan.” Sahut teman yang lain menyambung jawaban yang di katakan Aan tadi. Aku hanya ikut tertawa tanpa menyalahkan siapapun.
Permasalahan nama ini ternyata punya dampak besar bagiku terutama terhadap mentalku. Aku menjadi sangat malu karena namaku itu padahal sebelumnya aku tak pernah merasakan hal seperti itu. SMA ini telah meruntuhkan mentalku.
Aku mulai mencari-cari siapa yang salah atas semua ini. Apakah ini salah orang tuaku, tapi aku tak mau menyalahkan mereka, mereka telah bersusah payah membesarkanku dan bukan untuk disalahkan karena hal kecil yang sekarang  menjadi sangat besar bagiku.
Apakah ini salah teman-temanku, tapi aku tak bisa menyalahkan mereka, mereka punya hak untuk komentar. Ataukah ini salah diriku? Tapi aku tak pernah diberi piliahan nama mana yang aku suka saat masih bayi dulu. Kesimpulannya tak ada yang salah, dan aku berusaha untuk mengatakan pada diriku kalau ini tidaklah boleh menjadi masalah bagiku.
Beberapa minggu aku telah memakai seragam putih abu-abu aku mengikuti lomba biologi tingkat Sumatera Barat di Unversitas negriPadang dan hasilnya mengejutkan, aku bisa meraih peringkat 2 dan sejak saa itulah nama Kasrizal menjadi lebih luas dipermasalahkan. Sebab satu sekolah tahu kalau ada yang punya nama jadul.
Tiba-tiba aku merasa ini tidak adil atau tidak fair bagiku. Mengapa harus terjadi pada diriku. Nama ini menjadi beban yang sangat berat bagiku. Pernah terlintas di pikiranku untuk mengganti nama tapi itu bukanlah hal mudah, tentu saja bukan hanya masalah hapus nama ini lalu ganti dengan nama baru tapi ini lebih dari jati diriku yang sudah hampir 16 tahun aku bawatentunya tidak mudah untuk menggantinya. Tapi batinku berontak. Dilema
Suaru hari saat belajar sejarah. Waktu itu materi yang di bahas adalah apa itu sejarah dan kenapa sesuatu hal bisa menjadi sejarah dan salah satu alasan kenapa suatu hal bisa menjadi sejarah adalah unik. Aku berpikir apakah namaku unik?. aku bertanya-tanya dalam hati. Jika benar bearti aku telah terdaftar dalam sejarah. Tapi terdaftar dalam sejarah nama-nama orang jadul. Aku pikir lagi itu bukanlah harapanku.Aku ingin masuk dalam sejarah membawa nama ku ini. Aku ingin mengukir sejarahku sendiri dengan caraku sendiri. Lalu aku berfikir apa yang harus ku lakukan untuk terdaftar dalam sejarah.
Ketika aku pulang kampung aku menanyakan lagi kepada orang tuaku kenapa namaku Kasrizal, aku katakan kalau ini nama jadul, nama orang lama. Lalu ibuku menjawab “Apalah arti sebuah nama jika tak bersesuaian dengan pemiliknya.” Aku belum dapat mengambil makna dari perkataan ibuku itu, lalu ia menyambung jawabannya “Banyak orang yang arti namanya sangat bagus tapi kelakuannya tak sebagus namanya itu.” Lalu aku menjawab “ tapi kan g’ harus pendek dan jadul juga kan?”. Lalu ibuku menjawab lagi “Jadilah orang yang sederhana dan buatlah arti namamu sendiri melalui perilakumu!”
Sejak saat itu aku menyadari bahwa namaku ini bukanlah tanpa perhitungan, sejak saat itu juga aku tak lagi malu dengan namaku ini, aku harus membuat arti yang indah untuk namaku ini.
Cita-cita ku yang dulu telah aku gantungkan di angkasa sekarang telah tergantung lebih jauh. Di SMA ini aku bertekad memulai mengukir sejarah atas namaku dan memulai memberi arti pada namaku sendiri sebab disini juga aku dipaksa untuk memulainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar