tau hachiko ga ?? gatau ? kasian bgt -___- , ini nih yahh cerita paling nyentuh bgt menurut jibong =) selain nyentuhh banget nihh film ini juga banyak nilai nilai moral nya :") . saking cerita nya cetar membahana tornado gituh cerita hachiko dibangun patung banjing hachiko buat mengenang anjing hachiko . nahhh guys liat anjing aja bisa segitu setianya sama majikanya sampe rela mati gituhh kok manusia engga yahhh :|
nihhh guys sekarang kita liat yukkk cerita tentang hachiko inihhh , cekidottttttttttt :
nihhh guys sekarang kita liat yukkk cerita tentang hachiko inihhh , cekidottttttttttt :
Seorang Profesor setengah tua
tinggal sendirian di Kota Shibuya. Namanya Profesor Hidesamuro Ueno. Dia hanya
ditemani seekor anjing kesayangannya, Hachiko. Begitu akrab hubungan anjing dan
tuannya itu sehingga kemanapun pergi Hachiko selalu mengantar. Profesor itu
setiap hari berangkat mengajar di universitas selalu menggunakan kereta api.
Hachiko pun setiap hari setia menemani Profesor sampai stasiun. Di stasiun
Shibuya ini Hachiko dengan setia menunggui tuannya pulang tanpa beranjak pergi
sebelum sang profesor kembali.. Dan ketika Profesor Ueno kembali dari mengajar
dengan kereta api, dia selalu mendapati Hachiko sudah menunggu dengan setia di
stasiun. Begitu setiap hari yang dilakukan Hachiko tanpa pernah bosan.
Musim dingin di Jepang tahun
ini begitu parah. Semua tertutup salju. Udara yang dingin menusuk sampai ke
tulang sumsum membuat warga kebanyakan enggan ke luar rumah dan lebih memilih
tinggal dekat perapian yang hangat.
Pagi itu, seperti biasa sang
Profesor berangkat mengajar ke kampus. Dia seorang profesor yang sangat setia
pada profesinya. Udara yang sangat dingin tidak membuatnya malas untuk menempuh
jarak yang jauh menuju kampus tempat ia mengajar. Usia yang semakin senja dan
tubuh yang semakin rapuh juga tidak membuat dia beralasan untuk tetap tinggal
di rumah. Begitu juga Hachiko, tumpukan salju yang tebal dimana-mana tidak
menyurutkan kesetiaan menemani tuannya berangkat kerja. Dengan jaket tebal dan
payung yang terbuka, Profesor Ueno berangkat ke stasun Shibuya bersama Hachiko.
Tempat mengajar Profesor Ueno
sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Tapi memang sudah menjadi
kesukaan dan kebiasaan Profesor untuk naik kereta setiap berangkat maupun
pulang dari universitas.
Kereta api datang tepat waktu.
Bunyi gemuruh disertai terompet panjang seakan sedikit menghangatkan stasiun
yang penuh dengan orang-orang yang sudah menunggu itu. Seorang awak kereta yang
sudah hafal dengan Profesor Ueno segera berteriak akrab ketika kereta berhenti.
Ya, hampir semua pegawai stasiun maupun pegawai kereta kenal dengan Profesor
Ueno dan anjingnya yang setia itu, Hachiko. Karena memang sudah bertahun-tahun
dia menjadi pelanggan setia kendaraan berbahan bakar batu bara itu.
Setelah mengelus dengan kasih
sayang kepada anjingnya layaknya dua orang sahabat karib, Profesor naik ke
gerbong yang biasa ia tumpangi. Hachiko memandangi dari tepian balkon ke arah
menghilangnya profesor dalam kereta, seakan dia ingin mengucapkan,” saya akan
menunggu tuan kembali.”
” Anjing manis, jangan pergi ke
mana-mana ya, jangan pernah pergi sebelum tuan kamu ini pulang!” teriak pegawai
kereta setengah berkelakar.
Seakan mengerti ucapan itu,
Hachiko menyambut dengan suara agak keras,”guukh!”
Tidak berapa lama petugas balkon meniup peluit panjang, pertanda kereta segera berangkat. Hachiko pun tahu arti tiupan peluit panjang itu. Makanya dia seakan-akan bersiap melepas kepergian profesor tuannya dengan gonggongan ringan. Dan didahului semburan asap yang tebal, kereta pun berangkat. Getaran yang agak keras membuat salju-salju yang menempel di dedaunan sekitar stasiun sedikit berjatuhan.
Tidak berapa lama petugas balkon meniup peluit panjang, pertanda kereta segera berangkat. Hachiko pun tahu arti tiupan peluit panjang itu. Makanya dia seakan-akan bersiap melepas kepergian profesor tuannya dengan gonggongan ringan. Dan didahului semburan asap yang tebal, kereta pun berangkat. Getaran yang agak keras membuat salju-salju yang menempel di dedaunan sekitar stasiun sedikit berjatuhan.
Di kampus, Profesor Ueno selain
jadwal mengajar, dia juga ada tugas menyelesaikan penelitian di laboratorium.
Karena itu begitu selesai mengajar di kelas, dia segera siap-siap memasuki lab
untuk penelitianya. Udara yang sangat dingin di luar menerpa Profesor yang
kebetulah lewat koridor kampus.
Tiba-tiba ia merasakan sesak
sekali di dadanya. Seorang staf pengajar yang lain yang melihat Profesor Ueno
limbung segera memapahnya ke klinik kampus. Berawal dari hal yang sederhana
itu, tiba-tiba kampus jadi heboh karena Profesor Ueno pingsan. Dokter yang
memeriksanya menyatakan Profesor Ueno menderita penyakit jantung, dan siang itu
kambuh. Mereka berusaha menolong dan menyadarkan kembali Profesor. Namun
tampaknya usaha mereka sia-sia. Profesor Ueno meninggal dunia.
Segera kerabat Profesor
dihubungi. Mereka datang ke kampus dan memutuskan membawa jenazah profesor ke
kampung halaman mereka, bukan kembali ke rumah Profesor di Shibuya.
Menjelang malam udara semakin
dingin di stasiun Shibuya. Tapi Hachiko tetap bergeming dengan menahan udara
dingin dengan perasaan gelisah. Seharusnya Profesor Ueno sudah kembali,
pikirnya. Sambil mondar-mandir di sekitar balkon Hachiko mencoba mengusir
kegelisahannya. Beberapa orang yang ada di stasiun merasa iba dengan kesetiaan
anjing itu. Ada yang mendekat dan mencoba menghiburnya, namun tetap saja tidak
bisa menghilangkan kegelisahannya.
Malam pun datang. Stasiun
semakin sepi. Hachiko masih menunggu di situ. Untuk menghangatkan badannya dia
meringkuk di pojokan salah satu ruang tunggu. Sambil sesekali melompat menuju
balkon setiap kali ada kereta datang, mengharap tuannya ada di antara para
penumpang yang datang. Tapi selalu saja ia harus kecewa, karena Profesor Ueno
tidak pernah datang. Bahkan hingga esoknya, dua hari kemudian, dan berhari-hari
berikutnya dia tidak pernah datang. Namun Hachiko tetap menunggu dan menunggu
di stasiun itu, mengharap tuannya kembali. Tubuhnya pun mulai menjadi kurus.
Para pegawai stasiun yang
kasihan melihat Hachiko dan penasaran kenapa Profesor Ueno tidak pernah kembali
mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Akhirnya didapat kabar bahwa Profesor
Ueno telah meninggal dunia, bahkan telah dimakamkan oleh kerabatnya.
Mereka pun berusaha memberi
tahu Hachiko bahwa tuannya tak akan pernah kembali lagi dan membujuk agar dia
tidak perlu menunggu terus. Tetapi anjing itu seakan tidak percaya, atau tidak
peduli. Dia tetap menunggu dan menunggu tuannya di stasiun itu, seakan dia
yakin bahwa tuannya pasti akan kembali. Semakin hari tubuhnya semakin kurus
kering karena jarang makan.
Akhirnya tersebarlah berita tentang
seekor anjing yang setia terus menunggu tuannya walaupun tuannya sudah
meninggal. Warga pun banyak yang datang ingin melihatnya. Banyak yang terharu.
Bahkan sebagian sempat menitikkan air matanya ketika melihat dengan mata kepala
sendiri seekor anjing yang sedang meringkuk di dekat pintu masuk menunggu
tuannya yang sebenarnya tidak pernah akan kembali. Mereka yang simpati itu ada
yang memberi makanan, susu, bahkan selimut agar tidak kedinginan.
Selama 9 tahun lebih, dia
muncul di station setiap harinya pada pukul 3 sore, saat dimana dia biasa
menunggu kepulangan tuannya. Namun hari-hari itu adalah saat dirinya tersiksa
karena tuannya tidak kunjung tiba. Dan di suatu pagi, seorang petugas
kebersihan stasiun tergopoh-gopoh melapor kepada pegawai keamanan. Sejenak
kemudian suasana menjadi ramai. Pegawai itu menemukan tubuh seekor anjing yang
sudah kaku meringkuk di pojokan ruang tunggu. Anjing itu sudah menjadi mayat.
Hachiko sudah mati. Kesetiaannya kepada sang tuannya pun terbawa sampai mati.
Warga yang mendengar kematian
Hachiko segera berduyun-duyun ke stasiun Shibuya. Mereka umumnya sudah tahu
cerita tentang kesetiaan anjing itu. Mereka ingin menghormati untuk yang
terakhir kalinya. Menghormati sebuah arti kesetiaan yang kadang justru langka
terjadi pada manusia.
Mereka begitu terkesan dan
terharu. Untuk mengenang kesetiaan anjing itu mereka kemudian membuat sebuah
patung di dekat stasiun Shibuya. Sampai sekarang taman di sekitar patung itu
sering dijadikan tempat untuk membuat janji bertemu. Karena masyarakat di sana
berharap ada kesetiaan seperti yang sudah dicontohkan oleh Hachiku saat mereka
harus menunggu maupun janji untuk datang. Akhirnya patung Hachiku pun dijadikan
symbol kesetiaan. Kesetiaan yang tulus, yang terbawa sampai mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar